PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP
LOYALITAS KONSUMEN PADA RUMAH SAKIT
GRAHA BUNDA IDI RAYEUK KABUPATEN
ACEH TIMUR
SKRIPSI
OLEH
:
NAMA : SAFWAN
NPM : 08.02.1.0766
PRODI
: MANAJEMEN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAMUDRA
2015
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAMUDRA
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Dengan ini menyatakan telah menyetujui skripsi Mahasiswa
:
Nama : Safwan
Nim :
08.02.1.0766
Jenjang pendidikan : srata I (S-1)
Prodi :
Ekonomi Manajemen
Judul :
Pengaruh Brand Equity Terhadap Loyalitas Konsumen
Pada Rumah Sakit Graha Bunda Idi Rayeuk Kabupaten
Aceh
Timur
Disetujui pada tanggal : 23 Juli 2015
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari
syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas ekonomi Universitas Samudra.
Pembimbing membenarkan persetujuan ini Dan
turut membubuhkan tanda tangan.
Pembimbing I
|
Pembimbing II
|
Nurlina,
SE, M.Si
Nip. 19630926 199203 2 003
|
Muhammad
Rizal, SE, MM
Nip. 19760528 200604 1 003
|
DEKAN
|
KETUA PROGRA STUDI
|
Drs.
Muhammad Nur Daud, M.Si
Nip. 19540831 198403 1 001
|
Muhammad
Rizal, SE, MM
Nip. 19760528 200604 1 003
|
PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP
LOYALITAS
KONSUMEN PADA RUMAH SAKIT
GRAHA BUNDA
IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR
S K R I P S
I
OLEH
S A F W A N
08.02.1.0766
Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia
Ujian Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Samudra
Pada Hari Kamis Tanggal Dua Puluh Tiga Bulan Juli Tahun
Dua Ribu
Lima Belas.
Panitia Penguji,
Ketua:
1. ( Nurlin, SE, M.Si ) 1 . . . . . . . . . . . . . . . . .
NIP.
19630926 199203 2 003
Sekretaris:
2.
(Muhammad Rizal SE, M.M) 2 . . . . . . . . . . . . . . . . .
NIP: 19760528 200604 1 003
Anggota:
3. (Drs. Kamaluddin Ahmad, MSM) 3 . . . . . .
. . . . . . . . . . .
NIDN: 0114044201
Anggota:
4. (Muhammad Amin, SE, MSM) 4 . . . . . . .
. . . . . . . . . .
NIDN: 0112064901
Anggota:
5. (Abdul Latief, SE, M.Si) 5
. . . . . . . . . . . . . . . . .
NIDN: 0106116602
PERNYATAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
S a f w a n
NIM :
08.02.1.0766
Tempat/Tgl. Lahir : Uram
Jalan/ 09 Juni 1985
Prigram Studi :
Manajemen
Judul
Skripsi : Pengaruh
Brand Equity Terhadap Loyalitas
Konsumen
Pada Rumah Sakit Graha Bunda Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur
Dengan ini
menyatakan dengan sebenarnya bahwa seluruh isi skripsi ini merupakan karya saya
sendiri, kecuali kutipan yang saya sebutkan sumbernya dalam notasi.
Jika
kemudian hari didapati ini bukan karya asli saya, maka saya siap menerima
sanksi akademik sesuai dengan pernyataan yang berlaku.
Langsa,
23 Juli 2015
Hormat saya
S A F W A N
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan
ridhanya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir. Adapun
tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sidang
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Jurusan Ekonomi Manajemen di Universitas
Samudra dengan judul Skripsi Pengaruh Brand Equity Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Rumah Sakit Graha
Bunda Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunannya, namun demikian penulis berharap skripsi
ini dapat berguna baik dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun bidang
lainnya.Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs M. Nur Daud, M.Si selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Samudra .
2. Ibu
Nurjanah, SE, M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Samudra
Langsa.
3. Bapak Muhammad Rizal,SE,MM selaku Ketua Prodi
Ekonomi Manajemen Universitas Samudra.
4. Ibu Nurlina, SE, M,Si selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunann skripsi ini.
5. Bapak Muhammad Rizal,SE,MM selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Pimpinan Rumah Sakit Graha Bunda Idi
Rayeuk yang telah memberikan data pada penulisan skripsi ini.
7.
Teristimewa
Kepada Ayahanda, Ibunda, Abang, Kakak
dan Adik-adikku, yang memotivasi
penulis untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Samudra.
Akhir kata penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi
ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan.
Langsa, 2015
Penulis
S a f w a n
08. 02.
1.0766
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR …….……………………………………………… i
DAFTAR
ISI ….………………………………………………………… iii
DAFTAR
TABEL ……………………………………………………….. vi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. vii
ABTSTRAK ……………………………………………………………… viii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
1.1.Latar Belakang …………………………………………. 1
1.2.Rumusan Masalah …………………………………………. 5
1.3.Tujuan Penelitian ………………………………………….. 5
1.4.Kegunaan Penelitian ……………………………………… 6
BAB II STUDI KEPERPUSTAKAAN ………………………………… 7
2.1.
kerangka Tioritis ………………………………………… 7
2.1.1.
Beberapa Pengertian ……………………………… 7 2.1.2. pengertian Brand Equity secara teoritis …………... 9
2.1.2.1.
Brand Awareness …………….……………. 12
2.1.2.2.
Perceived Quality ………………………….. 13
2.1.2.3.
Brand Association ………………………….. 14
2.1.2.4.
Brand Loyality ……………………………… 16
2.1.3. pengertian Loyalitas secara teoritis ……………….. 18
2.1.3.1.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas konsumen …………………………………… 21
2.2. Penelitian Terdahulu ……………………………………… 23
2.3. Hipotesis ……………………………………………………. 26
BAB
III METODE PENELITIAN …………………………………… 27
3.1.
Ruang lingkup Dan Lokasi Peneliti………………………... 27
3.2. Jenis Dan Sumber Data ……………………………………. 27
3.2.1. Jenis-Jenis Data ….………………………………… 27
3.2.2. Sumber Data ……………………………………….. 29
3.3. Metode Pengumpulan Data………………………………… 29
3.4. Metode Analisa Data ……………………………………… 30
3.5. Definisi Operasional Variabel ……………………………... 34
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………… 36
4.1.
Hasil Penelitian ……………………………………………… 36
4.1.1. Deskriptif Wilyah Penelitian ……………………….. 36
4.1.2. Visi Dan Misi Rumah Sakit Graha Bunda ……….... 39
4.1.3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Graha Bunda ……. 40
4.1.4. Identifikasi Variabel Penelitian …………………….. 43
4.1.4.1. Gambaran Umum Responden Penelitian …. 44
4.1.4.2. Analisis Data Penelitian …………………… 45
4.1.4.3. pengujian Instrumen Data ………………… 45
a.
Uji Validitas Kuesioner ………………… 45
b. Uji Reablilitas ………………………….. 48
4.1.4.4.
Uji Asumsi Klasik ……………………… 48
a. Uji Normalitas ………………………. 48
b. Uji Multikolinieritas …………………. 49
c.
Uji Autokolerasi ……..………………..... 49
` d. Uji Heteroskedestisitas …….…………… 50
4.1.4.5. Analisis Regresi Linier Berganda ……… 51
4.1.4.6. Hasil Uji Ketepatan Model ……….……… 53
a.
Uji Keofisien Determinasi (R2) ……… 53
b. Uji F …………………………………. 53
c.
Uji t …………………………………….. 54
d. Uji Korelasi …………………………….. 56
4.1.4.7. Pembahasan Hasil Analisa ……..………… 57
BAB V
PENUTUP ………………………………………………………. 60
A. Kesimpulan ………………………………………………… 60
B. Saran ………………………………………………………… 61
DAFTAR
PUSTAKA ……..……………………………………………… 63
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Struktur
Organisasi Rumah Sakit Graha Bunda ….………………... 42
Tabel 1.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin ….….. 44
Tabel 1.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jurusan …………… 44
Tabel 1.4. Hasil uji validitas variabel Brand
aswareness ………………….. 46
Tabel 1.5. Hasil uji validitas variabel perceived
Quality ……………….….. 46
Tabel 1.6. Hasil uji validitas variabel Brand
Association ………………….. 46
Table 1.7. Hasil uji validitas variabel Brand
Loyality …………………….. 47
Table 1.8. Hasil uji validitas variabel loyalitas
Konsumen ………………... 47
Table 1.9. Hasil Uji reliabilitas variabel Brand
Awarness, perceived Quality, Brand
Association, Brand Loyality dan loyalitas konsumen …. 48
Table 1.10. Hasil uji multikolinearitas ............................................................ 49
Table 1.11. Model Summary(b) …………………………………………….. 50
Table 1.12. Model Summary ………………………………………………... 50
Tabel 1. 13. Analisis Regresi Linier Berganda ……………………………… 51
Table 1.14. Nilai hitung dari t tabel …………………………………………. 54
Table 1.15. Nilai Corelation/uji korelasi …………………………………….. 56
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Kuesioner ………………………………………………………………….. 65
Hasil Data Kuesioner responden …………………………………………… 72
Hasil Spss 11.5 regresi ……………………………………………………… 75
ABSTRAK
Pengaruh Brand Equity terhadap loyalitas konsumen
pada Rumah Sakit Graha Bunda Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Variabel yang
teliti adalah Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Association dan
Brand Loyality di pengaruhnya terhadap loyalitas konsumen. Penelitian ini
menggunakan sampel Pasien yang pernah berobat lebih dari satu kali pada Rumah
sakit Graha Bunda, Sementara analyzer digunakan regresi linier berganda
menggunakan program SPSS 11.5. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui
apakah 4 bauran variable telah berpengaruh terhadap loyalitas konsumen baik
secara parsial maupun Bersama-sama (2) Untuk mengetahui dari 4 Variabel
tersebut yang paling dominan mempengaruhi loyalitas konsumen. Dari Persamaan Regresi
yang dihasilkan adalah yang paling dominan LK = 0,959+0,214.BA+0,161.PQ+0,238.BAss+0,150.BL.
Dari hasil regresi variable memiliki nilai 0,238(Bass) dan 0,214(BA) yang
tempat dan berpengaruh kepada loyalitas konsumen. Uji F menghasilkan F hitung /
hitung sebesar 22.950 dengan probalilitas nilai (sig) yang dihasilkan oleh
(BAss) Brand Association di bawah tingkat signifikan 0,05 atau 5% maka
hal ini berarti (BA) Brand Awareness, (PQ) Perceived Quality,
(BAss) Brand Association, (BL) Brand Loyality dengan bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel LK (loyalitas konsumen) Uji t terhadap Variabel
(BA) Brand Awareness 2,017, (PQ) Perceived Quality 2,164, (BAss) Brand
Association 2,471, (BL) Brand Loyality2.020. Karena nilai
probabilitas di bawah / di bawah tingkat signifikan 0,05 atau 5% maka berarti
semua factor secara parsial berpengaruh pada signifikan terhadap variabel LK ( Loyalitas
Konsumen ). Hasil R2 = 0,491 soal berarti (BA) Brand Awareness, (PQ) Perceived
Quality, (BAss) Brand Association, (BL) Brand Loyality berpengaruh
terhadap loyalitas konsumen sebesar 49,1% untuk sementara 50,9% karena faktor
lain adalah yang tidak ada dalam penelitian ini.
Kata kunci: Brand
Awareness, Perceived Quality, Brand Association, Brand
Loyality, loyalitas konsumen.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam perkembangan pasar dimasa Globalisasi saat ini Brand Equity menjadi sebuah hal yang
berpengaruh besar bagi keberhasilan sebuah perusahaan dalam memenangkan
persaingan. Dalam beberapa tahun terakhir ini sudah banyak perusahaan yang
memfokuskan pemasarannya pada Brand Equity,
dan terbukti dengan Brand Equity yang tinggi
maka perusahaan dapat mendapatkan keuntungan yang
tinggi. Salah satu contoh
perusahaan yang menpunyai nilai brand equity yang tinggi adalah Rumah Sakit
Graha Bunda Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur .
Hal ini dapat
menunjukan bahwa Brand Equity sangat penting bagi Rumah
Sakit Graha Bunda untuk menciptakan
keuntungan yang tinggi. Brand equity
yang baik akan menciptakan produk dan jasa diferensiasi yang jelas, pelanggan
yang loyal, yang pada akhimya Rumah Sakit Graha Bunda dapat menguasai pangsa
pasar yang lebih besar.
Bagi
pelanggan sebuah brand memberikan suatu jaminan terhadap kualitas yang
diberikan oleh sebuah pelayanan jasa. Pelanggan dalam memutuskan berobat
kerumah sakit Harus selalu memiliki
informasi yang lengkap tentang Layanan Rumah Sakit. Karena keterbatasan waktu
dan tenaga tersebut, pelanggan merasa lebih nyaman untuk berobat di rumah sakit
yang sudah dikenal dengan baik. Kondisi ini menunjukkan bahwa Brand
Equity tidak hanya
mempengaruhi pandangan pelanggan terhadap Brand Equity tetapi juga
memberikan keuntungan bagi
pelanggan dengan rendahnya resiko
pelayan.
Untuk dapat
menetapkan strategi yang tepat dalam Brand
Equity, perlu dilakukanpengukuranuntuk mengetahui posisi dari Brand yang
dimiliki. Kemajuan dibidang melalui
teknologi telah mendorong
perubahan kondisi dunia, dari
era informasikeeraKnowledge atau
Ilmu pengetahuan. Kemajuan teknologipadamasa informasi
mendorongpercepatan perpindahan
informasi dari satu
sisi dunia ke seluruh penjuru dunia. Banyak kemudahan-kemudahan yang
diperoleh dari kemajuan teknologi ini, baik disisi perusahaan maupun
disisi konsumen.
Sekarang ini banyak
perusahaan yang melakukan
reorganisasi atau reengineer perusahaan untuk
meningkatkan produktivitas
dan menjadi lebih
kompetitif. Akan tetapi perusahaan- perusahaan tersebut lupa akan kata
terpenting, yaitu customer dan pelanggan. Sekarang ini, pelanggan dianggap
sebagai raja dan
memiliki peran penting
bagi bisnis. Perusahaan perlu mengubah
pandangannya dari paradigma lama
ke paradigma baru yang
memandang produk dan jasa
dari kacamata konsumen.
Fokus paradigma baru ini adalah bukan pada bagaimana membuat
produk dan jasa tetapi bagaimana sebaiknya memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Salah satu persoalan dalam dunia bisnis yang perlu
diperhatikan oleh hampir semua
perusahaan yaitu mengenai
kualitas. Karena kualitas
yang dahulunya merupakan
senjata bagi perusahaan dalam
bersaing, sekarang dapat
dihasilkan pula oleh
perusahaan lain. Bidang ilmu perilaku
konsumen mempelajari bagaimana
individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan
kebutuhan dan hasrat mereka.
Persaingan bisnis dewasa ini tak hanya bertumpu
pada kualitas produk, melainkan lebih pada kualitas pelayanan, yang
lebih mendorong pelanggan untuk
kembali membeli produk
dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan. Pelayanan yang bermutu
tidak hanya dilihat
dari hasilnya saja
tetapi juga kualitas yang
diberikan pada pelanggan perusahaan tersebut,dari awal pelanggan datang ke
perusahaan hingga pelanggan menerima hasil yang diberikan perusahaan kepada
pelanggan.
Keputusan pembelian akan tercapai bila kualitas produk dan
pelayanan telah sesuai atau bahkan lebih
melebihi harapan dan
kebutuhan konsumen. Semakin banyak fitur, semakin Ia diunggulkan dan mampu
menguasai pasar. Lebih dari itu, produk yang unggul sekarang ini
adalah yang bersifat
terobosan baru, sebuah
produk yang menggunakan tekhnologi mutakhir dan sekaligus
menampilkan fitur orisinil pada sebuah produk yang belum ada di pasaran.
Pengambilan keputusan
konsumen dapat berbeda-beda
tergantung pada jenis keputusan pembelian.
Pembelian yang rumit dan
mahal, mungkin banyak
melibatkan pertimbangan pelanggan. Tugas pemasar adalah memahami
perilaku pelanggan tersebut pada tiap-tiap
tahap dan pengaruh apa yang terdapat dalam tahap-tahap tersebut.
Konsumen yang puas akan terus melakukan pembelian dan bahkan akan
merekomendasikan produk tersebut kepada relasi mereka sedangkan konsumen yang
tidak puas akan menghentikan pembelian. Oleh sebab ltu, perusahaan harus
memastikan kepuasan konsumen pada seluruh tingkat dalam proses keputusan
pembelian.
Rumah Sakit Graha
Bunda biasa di sebut Graha Bunda adalah sebuah rumah sakit swasta yang dikelola
oleh perorangan yang didirikan pada tanggal 26 Juni 2004 berdasarkan akte
notaris Ny. Ismiati Dwi Rahayu SH Nomor 16 yang disetujui oleh Menteri
Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No. C26251 HT.01.01 TH 2005, tertanggal 6
November 2004 yang terletak di jalan Medan – Banda Aceh Kelurahan Buket Pala,
Kecamatan Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh timur.
Rumah Sakit Graha
Bunda berawal dari sebuah Rumah Bersalin dengan pelayanan dokter umum 24 jam,
klinik kebidanan dan klinik anak. Namun pada perkembangannya, pada tahun 2006,
atas dasar respon yang baik dari masyarakat sekitar dan warga Aceh Timur pada
umumnya tentang keberadaan Rumah Bersalin mendorong Rumah sakit ini untuk meningkatkan pelayanan yang disediakan
dengan menawarkan pelayanan Rawat Inap maka status operasionalnya menjadi Rumah
Sakit Ibu dan Anak. Kemudian pada bulan Agustus 2008, Rumah Sakit Graha Bunda
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dengan menjadikan Rumah Sakit Graha
Bunda yang hanya menyediakan pelayanan Rawat Inap khusus Ibu dan Anak, dengan
pelayanan kesehatan secara umum sehingga rumah sakit ini berubah status menjadi
RS Graha Bunda dengan pelayanan kepada masyarakat umum dan mendapat izin dari
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan Provinsi menjadi Rumah Sakit
Umum, serta penetapan kelas rumah sakit dari Kementrian Kesehatan dengan tipe
kelas C.
Rumah Sakit Graha
Bunda dibangun di atas tanah seluas 3198m2 dengan luas bangunan 6136 m2 yang
terdiri dari 2 lantai gedung lama dan 5 lantai gedung baru . Pada awal
operasionalnya, Rumah Sakit Graha Bunda baru bisa membuka 70% dari total 32 tempat
tidur yang tersedia. Pada awal kwartal ketiga tahun 2006, semua kamar sudah
dapat difungsikan secara maksimal. Disamping itu pada periode yang sama Rumah
Sakit Graha Bunda sudah mulai membangun lantai 2 yang diperuntukkan khusus
untuk perkantoran dan ruang tindakan yang terintegrasi (Kamar Bersalin, Kamar
Operasi, Perinatologi, dan ICU).
Saat ini Kamar
Bersalin, Kamar Operasi, Perinatologi, dan ICU sudah dapat digunakan. Semua
fasilitas ini dikembangkan untuk menjawab keinginan dari pasien – pasien yang
semakin meningkat dan mengarah ke pelayanan yang lebih luas, tidak terbatas
dengan pelayanan Ibu dan Anak, sebelumnya sekitar 30% s/d 35% dari pasien Unit
Gawat Darurat dan klinik Umum terpaksa dirujuk karena keterbatasan pelayanan.Berdasarkan uraian tersebut di
atas, maka menjadi menarik topik ini untuk
dibahas dengan judul " Pengaruh
Brand Equity
Terhadap Loyalitas Konsumen Pada
Rumah Sakit Graha Bunda Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur“.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu:
1. Apakah
Brand Equity (Brand Awareness, Perceived
Quality, Brand Association dan Brand Loyality) secara parsial berpengaruh
positif
terhadap loyalitas konsumen pada rumah sakit Graha
Bunda Idi Rayeuk?
2. Apakah
Brand Equity (Brand Awareness, Perceived
Quality, Brand Association dan Brand Loyality) secara simultan berpengaruh
positif
terhadap loyalitas konsumen pada rumah sakit Graha
Bunda Idi Rayeuk?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui
mengenai jawaban yang dikehendaki dalam
rumusan masalah. Tujuan
dari penelitian ini
adalah menguji dan menganalisis
sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui pengaruh Brand Equity (Brand
Awareness, Perceived Quality, Brand Association dan Brand Loyality ) secara
parsial berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen pada rumah sakit Graha Bunda Idi Rayeuk?
2. Untuk
mengetahui pengaruh Brand Equity (Brand
Awareness, Perceived Quality, Brand Association dan Brand Loyality ) secara
Simultan berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen pada rumah sakit Graha Bunda Idi Rayeuk?
1.4.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan
penelitian ini adalah :
1.
Bagi penulis,
dengan adanya penelitian ini dapat menembah wawasan Dan meningkatkan kepampuan dalam
berfikir secara ilmiah.
2.
Bagi akademisi,
hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk pihak-pihak yang akan melakukan
penelitian selanjutnya.
3.
Bagi rumah
sakit Graha Bunda, sebagai panduan
atau rekomendasi bagi
praktisi manajemen yang menjalankan
bisnisnya, terutama yang
berhubungan dengan objek penelitian mengenai Brand Equity (Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Association dan Brand
Loyality )
terhadap loyalitas konsumen.
BAB
II
STUDI KEPERPUSTAKAAN
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1.
Beberapa Pengertian
Menurut Dharmmesta dan Handoko (1997), yang
dimaksud dengan manajemen pemasaran
adalah berbagai kegiatan pokok yang dilakukan oleh sebuah perusahaan
untuk terus mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya, untuk kemudian
berkembang, dan untuk mendapatkan laba atau keuntungan.
Proses pemasaran tersebut dimulai jauh-jauh
hari sejak sebelum barang-barang produk diproduksi, dan tidak berakhir begitu
saja dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan juga harus memberikan
upaya kepuasan terhadap konsumen jika menginginkan usaha tersebut berjalan
terus, atau pihak konsumen akan mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap
sebuah perusahaan.
Pemasaran merupakan unsur yang cukup vital
dari sebuah keberlangsungan usaha bisnis.Hampir 90% kesuksesan sebuah usaha
bisnis sangat dipengaruhi oleh upaya marketing atau pemasaran.Oleh karena itu
lah dibutuhkan manajemen pemasaran beserta langkah-langkah kreatif yang diambil
sebagai bagian dari upaya strategi pemasaran.Sebuah manajemen pemasaran yang
baik adalah pemasaran yang mengedepankan konsep pemasaran yang berkualitas.
Konsep tersebut sebagai fungsi falsafah bisnis
yang akan membuat bisnis Anda eksis sepanjang zaman. Konsep merupakan upaya
penting yang harus selalu diatur secara terus menerus.Keunikan konsep yang
ditawarkan merupakan bagian dari manajemen pemasaran yang ditunggu-tunggu oleh
konsumen sebagai upaya pemuasan kebutuhan dengan cara-cara yang kreatif.
Di dalam sebuah konsep pemasaran sebagai
bagian dari manajemen pemasaran terdapat tiga unsur penting yang harus selalu
diperhatikan. Ketiga hal tersebut nantinya yang akan menjadi bagian penting
konsep pemasaran dan akan turut menentukan bagaimana nantinya manajemen
pemasaran tersebut dikelola.
Apa saja yang menjadi ke tiga unsur penting
tersebut? diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Orientasi pada konsumen
Di dalam konsep pemasaran sebagai bagian dari
manajemen pemasaran merupakan salah satu hal yang menjadi prioritas utama saat
menghasilkan sebuah produk bisnis.Pada hakikatnya usaha bisnis yang dilakukan
merupakan upaya pemenuhan terhadap kebutuhan konsumen.Konsumen adalah orientasi
utama yang harus dipertimbangkan dalam segala macam bentuk strategi bisnis.
Demikian pula terhadap proses marketing, maka
mengedepankan pihak konsumen merupakan strategi bagian dari konsep pemasaran
yang harus selalu diperhatikan. Konsumen adalah raja, dan pihak perusahaan
adalah pelayan yang melayani kebutuhan sang raja dengan berbagai tawaran yang
menarik baik dalam hal produk yang dihasilkan maupun pada upaya kegiatan
pemasaran. Manajemen pemasaran menghendaki konsep pemasaran yang terbaik, yakni
dengan menjadikan konsumen sebagai orientasi utama.
b. Penyusunan kegiatan-kegiatan pemasaran secara
integral atau menyeluruh.
Manajemen pemasaran melalui konsep pemasaran
sebagai bagian dari falsafah bisnis yang dijalankan menghendaki adanya pengaturan
secara dinamis berbagai bentuk penyusunan kegiatan pemasaran secara lebih
menyeluruh.
Segala bentuk kebutuhan dalam bidang
pemasaran, upaya strategi, pelaksanaan, penganalisaan, pengawasan dan
sebagainya yang menyangkut dengan kegiatan pemasaran perlu dilakukan secara
tersusun, diatur secara detai dan jelas sehingga akan mempermudah proses
pelaksanaan dan pengawasan. Manajemen pemasaran menghendaki sebuah upaya yang
sistematis yang jelas sehingga bisa dilakukan analisa dan pengawasan terhadap
hasil yang didapatkan.Evaluasi terhadap sebuah manajemen pemasaran salah
satunya juga didasarkan atas kegiatan penyusunan secara integral tersebut.
c. Kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen juga merupakan salah satu
unsur penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan konsep pemasaran.
Manajemen pemasaran yang baik menghendaki adanya hasil kepuasan konsumen yang
maksimal sebagai akibat dari proses marketing yang berjalan baik. Kepuasan
konsumen tidak hanya diukur dari bagaimana kualitas produk yang dihasilkan,
namun juga dari bagaimana cara dan strategi pemasaran itu dijalankan.
2.1.2.
Pengertian
Brand Equity Secara teoritis
Brand Equity,
yang jika diIndonesiakaan berarti Ekuitas Merek, atau istilah umumnya adalah
Aset sebuah Merek. Brand Equity dapat
diperoleh setelah identitas Brand
anda sudah jelas, Brand sudah memasuki pasar dan konsumen, dan kelangsungan
Brand tersebut sangat bergantung kepada konsumen. Ingatlah brand dengan
identitas yang kuat akan mampu bertahan dalam pasar dan dapat banyak membantu
dalam startegi pemasaran. Berikut beberapa pengertian dari Brand Equity :
1. Susanto
dan Wijanarko (2004)Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek
yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan
atau pelanggan (p. 127).
2. East
(1997) “Brand equity or brand strength is
the control on purchase exerted by a brand, and, by virtue of this, the brand
as an asset that can be exploited to produce revenue” (p. 29). Artinya
ekuitas merek atau kekuatan merek adalah kontrol dari pembelian dengan
menggunakan merek, dan, kebaikan dari merek, merek sebagai aset yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan.
3. Kotler
dan Armstrong (2004), “Brand equity is
the positive differential effect that knowing the brand name has on customer
response to the product or service” (p. 292).
Artinya
ekuitas merek adalah efek diferensiasi yang positif yang dapat diketahui dari
respon konsumen terhadap barang atau jasa. Jadi brand equity adalah kekuatan suatu brand yang dapat menambah atau
mengurangi nilai dari brand itu sendiri yang dapat diketahui dari respon
konsumen terhadap barang atau jasa yang dijual.
Brand Equity
merupakan jenis pendekatan dalam marketting dimana perusahaan menganggap bahwa
Merek merupakan aset terpenting yang akan sangat berpengaruh terhadapat profit.
Hal ini pun djuga disetujui oleh beberapa riset marketing yang menyatakan bahwa
“Brands are the most valuable assets of a
company has”. Seberapa besar pengetahuan konsumen mengenai logo Brand dan
elemen visual lainnya, dan ketetapan persepsi baik dari konsumen hingga
terjalin kontinuitas terhadap Brand itu, bergantung kepada seberapa kuat merek
tersebut.
Menurut
Soehadi (2005), kekuatan suatu merek (brand
equity) dapat diukur berdasarkan 7 indikator, yaitu:
1. Leadership:
kemampuan untuk mempengaruhi pasar, baik harga maupun atribut non-harga.
2. Stability:
kemampuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.
3. Market:
kekuatan merek untuk meningkatkan kinerja toko atau distributor.
4. Internationality: kemampuan merek untuk
keluar dari area geografisnya atau masuk ke negara atau daerah lain.
5. Trend:
merek menjadi semakin penting dalam industri.
6. Support:
besarnya dana yang dikeluarkan untuk mengkomunikasikan merek.
7. Protection:
merek tersebut mempunyai legalitas (p. 147).
Ketujuh
indikator diatas harus bersinergi dengan baik untuk menghasilkan merek yang
kuat.Untuk meraih tujuh tersebut anda harus mengatur strategi yang pandai,
mengawalinya dengan salah satu indikator, lalu seiring berjalannya pembangunan,
anda harus terus berusaha memenuhi indikator-indikator diatas.Penting pula
untuk menjalin hubungan baik dengan konsumen dan menjadikannya penting. Jelas
untuk meraih brand equity kita perlu
mengetahui apa saja kategorinya. Lantas apa saja yang termasuk dari kategori Brand Equity.
Menurut
Susanto dan Wijanarko (2004) yang mengadaptasi teori Aaker, brand equity dapat dikelompokkan ke
dalam 6 kategori:
2.1.2.1. Brand
Awareness
Beberapa
pengertian brand awareness adalah sebagai berikut:
Brand awareness
adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali
bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori merek tertentu.
Menurut
East (1997), “Brand awareness is the
recognition and recall of a brand and its differentiation from other brands in
the field” (p. 29). Jadi brand awareness adalah kesadaran kepada konsumen
dan calon konsumen untuk dapat mengenali atau meningat kembali suatu merek
dengan perbedaaannya terhadap merek lain yang sejenis. 4 tingkatan brand
awareness yaitu:
1. Unaware of brand
(tidak menyadari merek)
Tingkat
paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari
akan adanya suatu merek.
2. Brand recognition
(pengenalan merek)
Tingkat
minimal dari kesadaran merek.Hal ini penting pada saat seorang pembeli memilih
suatu merek pada saat melakukan pembelian.
3. Brand recall
(pengingatan kembali terhadap merek)
Pengingatan
kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan
merek tertentu dalam suatu kelas produk.Hal ini diistilahkan dengan pengingatan
kembali tanpa bantuan, karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak
perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut.
4. Top of mind
(puncak pikiran)
Apabila
seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan orang
tersebut dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak
disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek
tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak
konsumen.
Ada 4 indikator yang dapat digunakan
untuk mengetahui seberapa jauh konsumen aware terhadap sebuah brand antara
lain:
a.
Recall
yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya merek apa saja yang
diingat.
b.
Recognition
yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut termasuk dalam
kategori tertentu.
c.
Purchase
yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu merek ke dalam alternatif
pilihan ketika akan membeli produk/layanan.
d.
Consumption
yaitu seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu merek ketika sedang
menggunakan produk/layanan pesaing.
2.1.2.2. Perceived
Quality
Perceived Quality
atau Persepsi Kualitas memiliki beberapa pengertian dalam mendefinisikannya.
Munurut A. Aaker dalam Durianto, et. al (2004,b, p.15) persepsi kualitas
merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu
produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya. Dijelaskan
oleh (Keller, 2003) perceived quality
adalah sebuah penilaian global berdasarkan persepsi pelanggan atas apa inti
dari kualitas produk dan seberapa baiknya penilaian terhadap merek. Akan lebih
sulit untuk mencapai level satification dari Perceived quality bila perusahaan melakukan perbaikan dan
penambahan fitur-fitur baru pada produk secara terus menerus karena hal itu
membuat ekspetasi pelanggan akan naik terhadap kualitas produk. Kemudian,
menurut Simamora (2004, p. 114) perceived
quality merupakan bagian dari persepsi yang menyoroti kualitas secara
khusus.Tentunya, kualitas berdasarkan persepsi konsumen (perceived quality).Yang terpenting adalalah persepsi dimata
konsumen.Maka dapat dilihat perceived
quality merupakan persepsi konsumen akan kualitas produk lewat keseluruhan
kualitas atau keuntungan yang ada pada produk merek tertentu.
2.1.2.3. Brand
Association
Adalah
sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk.Asosiasi ini tidak
hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan.Keterikatan pada suatu
merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan
untuk mengkomunikasikannya.
Menurut
Rangkuti (2004, p.243-244) asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan
dengan ingatan mengenai sebuah merek.Asosiasi ini merupakan atribut yang ada di
dalam merek itu dan memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu
merek akan lebih besar apabila pelanggan mempunyai banyak pengalaman yang
berhubungan dengan merek tersebut. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen
dapat dirangkai sehingga membentuk kesan terhadap merek (brand image).
Brand Association
juga memiliki pendapat dari Durianto et al (2004a, p.69) Brand Association atau
asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul dibenak seseorang yang terkait
dengan ingatannya mengenai suatu merek. Suatu merek yang telah kuat akan
memiliki posisi yang menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai
asosoasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan
menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi
yang saling berhubungan, semakin kuat brand image yang dimiliki oleh merek
tersebut.Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki
konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian
merek (brand personality).Maka dapat
dilihat bahwa Brand Association
adalah segala hal dan kesan yang dapat ingat konsumen sebagai pencitraan akan
merek lewat artribut yang ada di dalam merek itu sendiri. Fungsi Brand AssociationMenurut Durianto, et al
(2004a, p.69-70) terdapat beberapa fungsi asosiasi merek seperti sebagai
berikut:
1. Help process or retrieve
information (membantu proses penyusunan informasi)
Asosiasi – asosiasi dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifik yang mungkin sulit diproses dan diakses oleh pelanggannya dan dapat menjadi mahal bagi perusahaan untuk mengkomunikasikannya. Sebuah asosiasi dapat menciptakan informasi bagi pelanggan yang memberikan suatu citra untuk menghadapinya.
Asosiasi – asosiasi dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifik yang mungkin sulit diproses dan diakses oleh pelanggannya dan dapat menjadi mahal bagi perusahaan untuk mengkomunikasikannya. Sebuah asosiasi dapat menciptakan informasi bagi pelanggan yang memberikan suatu citra untuk menghadapinya.
2. Differentiate (diferensiasi
atau posisi)
Suatu
asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya pembedaan suatu
merek dari merek lain.
3. Reason to buy
(alasan untuk membeli)
Brand association
membangkitkan berbagai atribut produk atau manfaat bagi konsumen (consumer benefit) yang dapat memberikan
alasan spesifik bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan merek
tersebut.
4. Create positive attitude/feelings
(menciptakan sikap atau perasaan positif)
Berbagai asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang pada gilirannya ke merek yang bersangkutan. Asosiasi–asosiasi tersebut dapat menciptakan perasaan positif atas dasar pengalaman sebelumnya serta pengubahan pengalaman tersebut menjadi suatu yang lain daripada yang lain.
Berbagai asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang pada gilirannya ke merek yang bersangkutan. Asosiasi–asosiasi tersebut dapat menciptakan perasaan positif atas dasar pengalaman sebelumnya serta pengubahan pengalaman tersebut menjadi suatu yang lain daripada yang lain.
5. Basis for extensions
(landasan untuk perluasan).
Suatu
asosiasi dapat menghasilkan landasan bagi suatu
perluasandengan menciptakan rasa kesesuaian (sence of fit) antara merek
dan sebuah produk baru, atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli
produk perluasan tersebut.
2.1.2.4. Brand
Loyalty
Brand
Loyalty Merupakan
ukuran kesetiaan seorang pelanggan pada sebuah merek. Loyalitas memiliki
tingkatan sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
a. Tingkat
loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama sekali tidak
tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan demikian, merek
memainkan peran yang kecil dalam keputusan pembelian. Pada umumnya, jenis
konsumen seperti ini suka berpindah-pindah merek atau disebut tipe konsumen
switcher atau price buyer (konsumen lebih memperhatikan harga di dalam
melakukan pembelian).
b. Tingkat
kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang digunakan, atau
minimal tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya, tidak terdapat dimensi
ketidakpuasan yang cukup memadai untuk mendorong suatu perubahan, terutama
apabila pergantian ke merek lain memerlukan suatu tambahan biaya. Para pembeli
tipe ini dapat disebut pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).
c. Tingkat
ketiga berisi orang-orang yang puas, namun memikul biaya peralihan (switching
cost), baik dalam waktu, uang atau resiko sehubungan dengan upaya untuk
melakukan pergantian ke merek lain. Kelompok ini biasanya disebut dengan
konsumen loyal yang merasakan adanya suatu pengorbanan apabila melakukan
penggantian ke merek lain. Para pembeli tipe ini disebut satisfied buyer.
d. Tingkat
keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merek tersebut.
Pilihan konsumen terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan kualitas yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek, karena terdapat perasaan emosional dalam menyukai merek.
Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Para pelanggan mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi pelanggan baik dari segi fungsinya, maupun sebagai ekspresi mengenai siapa pelanggan sebenarnya (commited buyers).
Pilihan konsumen terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan kualitas yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek, karena terdapat perasaan emosional dalam menyukai merek.
Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Para pelanggan mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi pelanggan baik dari segi fungsinya, maupun sebagai ekspresi mengenai siapa pelanggan sebenarnya (commited buyers).
2.1.3. Pengertian Loyalitas secara teoritis
Secara
harfiah loyal berarti setia, atau loyalitas dapat diartikan sebagai suatu
kesetiaan.Kesetiaan ini timbil tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri pada masa lalu.Usaha yang dilakukan untuk menciptakan
kepuasaan konsumen lebih cenderung mempengaruhi sikap konsumen.Sedangkan konsep
loyalitas konsumen lebih menekankan kepada perilaku pembeliannya.
Istilah
loyalitas sering kali diperdengarkan oleh pakar pemasaran maupun praktisi
bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah dibicarakan dalam konteks
sehari-hari, tetap menjadi lebih sulit ketika dianalisis makananya. Dalam
banyak definisi Ali Hasan (2008:81) menjelaskan loyalitas sebagai berikut:
1. sebagai konsep generic, loyalitas merek menujukkan kecenderungan konsumen untuk
membeli sebuah merek tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
2. Sebagai
konsep perilaku, pembelian ulang kerap kali dihubungkan denga loyalitas merek (brand loyality). Perbedaannya, bila
loyalitas merek mencemirkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu,
perilaku pembelian ulang menyangkut pembelian merek yang sama secara berulang
kali.
3. Pembelian
ulang merupakan hasil dominasi (1) berhasil membuat produknya menjadi
satu-satunya alternative yang tersedia, (2) yang terus – menerus melakukan
promosi untuk memikat dan membujuk pelanggan membeli kembali merek yang sama.
Loyalitas
pelanggan merupakan salah satu tujuan inti yang diupayakan dalam pemasaran
modern. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas diharapkan perusahaan akan
mendapatkan keuntungan jangka panjang atas hubungan mutualisme yang
terjalindalam kurun waktu tertentu.
Boulding
(dalam Ali Hasan, 2008:83) mengemukakan bahwa terjadinya loyalitas merek pada
konsumen disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan dan ketidakpuasan terhadap
merek tersebut yang terakumulasi secara terus – menerus disamping adanya
persepsi tentang kualitas produk.
Customer loyalty
atau loyalitas konsumen menurut Amin Widjaja Tunggal (2008:6) adalah kelekatan
pelanggan pada suatu merek, took, pabrikan, pemberi jasa, atau entitas lain
berdasarkan sikap yang menguntungkan dan tanggapan yang baik, seperti pembelian
ulang. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada unsur
perilaku dan sikap dalam loyalitas pelanggan.
Loyalitas
adalah respon perilaku pembelian yang dapat terungkap secara terus menerus oleh
pengambil keputusan dengan memperhatikansatu atau lebih merek alternative dari
sejumlah merek sejenis dan merupakan fungsi proses psikologis. Perlu ditekankan
bahwa hal tersebut berbedad dengan perilaku membeli ulang, loyalitas pelanggan
menyertakan aspek perasaan, tidak melibatkan aspek afektif didalamnya
(Dharmesta, dalam Diah Dharmayanti, 2006:37-38).
Olson
(dalam Trisno Mushanto, 2004 128) berpendapat bahwa loyalitas pelanggan
merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan
untuk membangun kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk maupun jasa yang
dihasilkan oleh badan usaha tersebut yang membutuhkan waktu yang lama melalui
suatu proses pembelian yang terjadi secara berulang-ulang.
Menurut
Ali Hasan (2008:83) Loyalitas pelanggan dedefinisikan sebagai orang yang
membeli, khusunya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang. Pelanggan
merupakan seseorang yang terus menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat
yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatuproduk atau
mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut.
Menurut Gremler dan Brown (dalam Ali
Hasan, 2008:83) bahwa loyalitas pelanggan adalah pelanggan yang tidak hanya
membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap
yang positif terhadap perusahaan jasa, misalnya dengan merekomendasikan orang
lain untuk membeli.
Griffin (dalam Diah Dharmayanti,
2006 :38) berpendapat bahwa pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang sangat
puas dengan produk atau jasa tertentu sehingga mempunyai antusiasme untuk
memperkenalkanny kepada siapapun yang dikenal.
Engel,
Blackwell, Miniard (dalam Ali Hasan, 2008 : 84) mengemukakan bahwa loyalitas
pelanggan merupakan kebiasaan perilaku pengulangan pembelian, keterkaitan dan
keterlibatan yang tinggi pada pilihannya, dan bercirikan dengan pencarian
informasi eksternal dan evaluasi alternative.
Dick
dan Basu (dalam Ali Hasan, 2008:84) menyatakan definisi loyalitas lebih
bersifat operasional yang menyebutkan bahwa loyalitas sebagai sebuah konsep
yang menekankan pada tuntutan pembelian, proporsi pembelian, atau probabilitas
pembelian. Sementara itu Alida Palilati ( 2004:67) mengatakan bahwa loyalitas
terhadap produk atau jasa perusahaan (merek) didefinisikan sebagai sikap
menyenagi (favorable) terhadap sesuatu merek, yang direpresentasikan dalam
pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu.
Seorang
pelanggan yang loyal memiliki prasangka spesifik mengenai apa yang akan dibeli
dan dari siapa. Pembeliannya bukan merupakan peristiwa acak.Selain itu, loyalitas
menunjukkan kondisi dari durasi waktu dan mensyaratkan bahwa tidakan kurang
dari dua kali (Jill Griffin, 2003:5).Terakhir, untukpengambilan keputusan
menunjukkan bahwa keputusan untuk membeli mungkin dilakukan oleh lebih dari
satu orang. Pada kasus demikian, keputusan pembelian dapat menunjukkan kompromi
yang dilakukan seseorang dalam unit dan dapt menjelaskan mengapa ia terkadang
tidak loyal pada produk atau jasa yang paling disukainya.
Dari
berbagai uraian tersebut dapt disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan meruapakan
sebuah sikap yang menjadi dorongan perilaku untuk melakukan pembelian
produk/jasa dari suatu perusahaan yang menyertakan aspek perasaan didalamnya,
khusunya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang dengan konsistensi yang
tinggi, namun tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa,tetapi juga
mempunya komitmen dan sikap yang positif terhadap perusahaan yang menawarkan
produk/ jasa tersebut.
2.1.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Loyalitas Konsumen
Terdapat
beberapa aspek yang mempengaruhi loyalitas konsumen. Menurut Zikmund dalam
Vanessa (2007:72) loyalitas Konsumen dipengaruhi oleh lima faktor yaitu :
1. Satisfaction (kepuasan)
Kepuasan
konsumen merupakan perbandingan antara harapan sebelum melakukan pembelian
dengan kinerja yang dirasakan.
2.
Emotional bonding (ikatan emosi)
Dimana
konsumen dapat terpengaruh oleh sebuah merek yang memiliki daya tarik
tersendiri sehingga konsumen dapat diidentifikasikan dalam sebuah merek, karena
sebuah merek dapat mencerminkan karakteristik konsumen tersebut. Ikatan yang
tercipta dari sebuah merek ialah ketika konsumen merasakan ikatan yang kuat
dengan konsumen lain yang menggunakan produk atau jasa yang sama.
3.
Trust (kepercayaan)
Kemauan
seseorang untuk mempercayakan perusahaan atau sebuah merek untuk melakukan tau
menjalankan sebuah fungsi.
4.
Choice reduction and habit (kemudahan)
Jika
konsumen akan merasa nyaman dengan sebuah merek kerika situasi mereka melakukan
transaksi memberikan kemudahan. Bagian dari loyalitas konsumen seperti
pembelian produk secara teratur dapat didasari pada akumulasi pengalaman setiap
saat.
5.
History with company (pengalaman dengan perusahaan)
Sebuah
pengalaman seseorang pada perusahaan dapat membentuk perilaku. Ketika kita
mendapatkan pelayanan yang baik dari perusahaan, maka kita akan mengulangi
perilaku kita pada perusahaan tersebut.
Kelima
faktor di atas, dapat membentuk loyalitas Konsumen yang didasari perspektif
sikap dan perilaku. Loyalitas konsumen yang didasari perspektif sikap
dipengaruhi oleh ketiga faktor pertama, sedangkan loyalitas yang didasari
perspektif perilaku dipengaruhi oleh kedua hal lainnya.
Penelitian
Hermawan (2002) melakukan penelitian dengan judul skripsiAnalisis Perbandingan kesadaran
merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek dari merek-merek
teh celup. Hasil penelitian mengenai kesadaran merek menunjukkan bahwa teh
celup merek Sariwangi merupakan merek teh celup yang paling diingat responden,
kemudian diikuti teh celup merek Sosro, Kepala Jenggot, 2Tang dan Lipton. Pada
teh celup merek Sariwangi dan Sosro, semua responden mengenal kedua merek
tersebut, sedangkan pada merek 2Tang ada 10 responden yang tidak mengenal merek
ini sama sekali.
Hasil
pengujian terhadap semua asosiasi merek yang dilakukan terhadap merek teh celup
Sariwangi, Sosro dan 2tang dengan uji cochran, didapatkan bahwa hasil
nilai cochran hitung yang diperoleh pada pengujian tahap pertama
terhadap tujuh asosiasi merek ternyata lebih kecil dibandingkan dengan nilai x2
tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk ketiga merek tersebut
memiliki brand image yang di dalamnya terkandung asosiasi-asosiasi
merek,
yaitu
harga terjangkau, rasa yang enak, aroma teh yang harum, kemasan menarik, mudah
didapat, merek terkenal dan higienis.
Pengukuran
perceived quality menunjukkan bahwa persepsi kualitas ketiga merek yakni
Sariwangi, Sosro dan 2tang secara umum berada pada posisi baik dan sangat baik.
Berdasarkan tingkatan loyalitas merek teh celup merek Sariwangi mempunyai
responden yang paling banyak pada tingkat satiffied buyer yaitu sebesar
51 persen atau 35 orang dari 68 pemakai. Pada merek Sosro, responden yang
paling banyak pada tinkat liking the brand yaitu sebanyak 62 persen dan
teh celup merek 2Tang, tingkatan loyalitas merek yang paling tinggi yaitu
sebesar 80 persen.
Selanjutnya,
Gumilar (2005) melakukan penelitian dengan judul skripsiAnalisis Brand Equity Supermarket Matahari Market
Place Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi brand
awareness di benak konsumen terhadap merek super market “Matahari Market
place” diantara merek-merek supermarket lain yang dikenal oleh konsumen,
menganalisis brand association dibenak konsumen terhadap merek supermarket
“Matahari Market place”, menganalisis perceived quality dibenak
konsumen terhadap merek supermarket “Matahari Market place” dan
menganalisis brand loyalty pada konsumen terhadap merek supermarket “Matahari
Market place”.
Dalam
analisis brand awareness hasil analisis top of mind menunjukan
bahwa 67 persen responden menyebutkan supermarket“Matahari Market
Place”. Sebagai merek yang paling di ingat dan Hero berada di urutan ke-2
(23persen). Hasil analisis brand recall menunjukan bahwa responden
paling banyak 43 persen mengingat kembali “Hero” sebagai merek supermarket.
Sedangkan supermarket “Matahari Market Place”, berada di urutan ke-2
(33 persen). Hasil analisis brand recognition menunjukan bahwa seluruh
responden (100 persen) telah mengenal merek supermarket “Matahari Market
Place” tanpa perlu diberi bantuan. Hasil analisis brand unaware menunjukan
bahwa tak seorangpun responden yang tidak mengenal supermarket “Matahari
Market Place”.
Hasil
analisis perceived quality yang terlihat pada grafik semantic
diffensial menunjukan bahwa atribut-atribut merek supermarket “Matahari
Market Place” berada pada posisi sisi kanan atau kutub positif. Perceived
quality supermarket “Matahari Market Place”, berada pada posisi
cukut baik.
Dalam
anilisis brand loyalty, seluruh responden (100%) tidak berencana pindah supermarket
lain tetapi hasil switcher. Hasil analisis habitual buyer menunjukan
81% responden termasuk dalam jenis pembeli habitual buyer. Hasil
snslisis satisfied buyer menunjukan 81% responden termasuk dalam jenis
pembeli satisfied buyer. Hasil dari analisis liking the brand menunjukan
74% responden termasuk dalam jenis pembeli liking the brand.Hasil
analisis commited buyer menunjukan 23% responden termasuk dalam jenis
pembeli commited buyer.Pada piramida brand loyalty merek supermarket
“Matahari Market Place”, tidak menggambarkan bentuk segitiga
terbalik.
Selanjutnya
Pratama (2006) melakukan penelitian dengan judul skripsiAnalisis Brand
Equity Pocari Sweat Dalam Persaingan Industri Minuman. Tujuan penelitian
ini adalah menganalisis brand equity Pocari Sweat pada elemen brand
awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty. Untuk
melihat adanya tingkat persaingan dalam industri minuman secara keseluruhan,
dalam penelitian ini melibatkan beberapa merek minuman lainya diantaranya
adalah ProSweat, Mizion, Aqua dan Coca-Cola. Dalam penelitian ini digunakan
alat analisis yang berupa metode spearman-brown, product moment, alfa
cronbach, skala likert, skala sematic differential, uji cochran,
analisis biplot dan analisis deskriptif. Hasil pennelitian menunjukan
bahwa pada elemen brand awarness merek Pocari Sweat merupakan merek yang
paling diingat oleh konsumen. Asosiasi pembentukan brand image pada brand
association menunjukan bahwa merek Pocari Sweat mendapat dua brand image,
yaitu aman bagi kesehatan dan rasa yang segar pelepas dahaga. Penilaian
konsumen pada perceived quality menunjukan bahwa merek Pocari Sweat
lebih unggul dibandingkan merek lainya dalam atribut manfaat, aman bagi
kesehatan, menghilangkan dehidrasi dan memulihkan stamina.
Analisis
pada brand loyalty menunjukan bahwa merek Pocari Sweat belum memiliki brand
loyalty yang kuat. Hal ini tercermin dari bentuk piramida brand loyalty yang
mengecil pada tingkatan liking the brand dan committed buyer.
Kekhasan
dari penelitian yang penulis angkat adalah adanya perbedaan dalam hal
pengambilan brand atau merek yang di teliti yaitu dalam dunia penyiaran
serta ketertarikan penulis dikarenakan adanya perubahan image yang
terjadi pada brand yang diteliti. Hal ini sangat berbeda dengan
penelitian-penelitian terdahulu yang lebih banyak mengarah pada makanan atau
minuman dan tidak adanya perubahan brand image.
2.3.
Hipotesis
Hipotesis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1.
Brand Equity
(Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Association dan Brand Loyality) secara parsial berpengaruh positif terhadap Loyalitas
Konsumen untuk memilih berobat pada rumah sakit Graha Bunda Idi Rayeuk.
2. Brand
Equity (Brand Awareness, Perceived
Quality, Brand Association dan Brand Loyality)secara simultan berpengaruh positif terhadap Loyalitas Konsumen
untuk memilih berobat pada rumah sakit Graha Bunda Idi Rayeuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar